PATAH Tulang, suatu cedera yang tidak asing bagi masyarakat. Sebagian besar diakibatkan kecelakaan
lalu lintas terutama kendaraan roda dua, akan tetapi bukan tidak mungkin akibat lainnya, misalnya kecelakaan kerja, terjepit pintu, jatuh terpeleset, dan sebagainya.
Patah tulang terjadi karena adanya benturan, dan tidak selalu harus keras. Terkadang benturan yang sangat ringan pun bisa terjadi, karena kondisi tulang sebelumnya sudah lemah seperti pengidap penyakit kronis tertentu, keganasan, osteoporosis, kelainan bawaan maupun kelainan metabolisme tulang. Patah tulang yang demikian dikenal dengan patah tulang patologis.
Menurut dr. Andreas Vincent Handoyo, SpOT M.Kes, dokter spesialis Orthopedi dan Traumatologi RS Telogorejo Semarang, gejala atau tanda yang menunjukkan kemungkinan adanya suatu patah tulang pada ekstremitas (lengan atau tungkai) antara lain nyeri yang cukup hebat terutama pada penekanan atau bila ekstremitas yang bersangkutan digerakkan.
"Adanya pembengkakan hebat yang umumnya di sekitar tempat nyeri ataupun perubahan bentuk ekstremitas seperti bengkok ataupun terpuntir. Beberapa tanda lain diantaranya luka dengan darah yang terus merembes/mengalir, dan pada kondisi ekstrim tampak tulang keluar dari luka," terangnya.
Jika suatu ketika mendapati keluarga atau rekan mengalami patah tulang, kuncinya adalahjangan panik.
Pertama kali pastikan penderita tersebut bernapas, mendapatkan cukup ruang udara (tidak dikerumuni orang) dan posisikan tidur terlentang.”
Bila tidak ada luka dengan banyak darah, pasanglah bidai dengan cara menarik bagian ekstremitas yang lebih ujung dari patah tulang misalnya pergelangan tangan atau pergelangan kaki dengan perlahan dan lembut tetapi cukup kuat, dan posisikan ekstremitas tersebut ke posisi mendekati posisi normal. Letakkan papan, kardus tebal atau benda lain yang datar di bawahnya sepanjang ekstremitas tersebut.
''Gunakan kain/baju untuk menempelkan ekstremitas pada papan tersebut dengan cukup erat tetapi jangan sampai mengikat terlalu kencang,” ujar dr. Vincent.
Bila tidak ada luka dengan banyak darah, sebelum melakukan pembedahan terlebih dahulu tekan luka dengan menggunakan kain/baju lembab untuk mengurangi perdarahan sambil memasang bidai dan pasanglah kain bidai meliputi lokasi luka untuk mempertahankan kain/baju lembab tersebut. Terakhir, berikan ganjal di bawah bidai setinggi kurang lebih satu bantal untuk meninggikan ekstremitas tersebut supaya bengkak dan perdarahan berkurang.’’
Tidak disarankan mengikat kencang pangkal ekstremitas karena risiko kematian ekstremitas dan cedera ireperfusi yang dapat timbul kemudian, kecuali bila perdarahan sangat aktif /hebat hingga darah tergenang banyak dan tidak berkurang dengan penekanan kain pada luka. Setelah itu, secepatnya antarlah penderita ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut dari dokter IGD dan dokter tulang (ortopedi)’’terangnya.
Menurutnya, penanganan awal yang baik dan dailakukan sejak dini umumnya akan memberikan hasil yang lebih baik, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain hindari pemijatan/pengurutan dan jangan tunda penanganan lanjut. Manipulasi seperti pemijatan/pengurutan makin merusak jaringan lunak yang sudah cedera tersebut dan dapat menimbulkan komplikasi lebih lanjut seperti sindroma kompartemen akut, robekan pembuluh darah dan rusaknya saraf, katanya.
Penundaan penanganan lanjut dapat berakibat antara lain infeksi, pembusukan yang memerlukan tindakan amputasi, tulang tidak tersambung, penyambungan tulang yang salah, kaku sendi, lemah/pengecilan otot, dan pengeroposan tulang. Dampak lebih lanjut tentu saja dapat mempengaruhi fungsi lengan/tungkai untuk aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan dalam bekerja.
Menurut dr. Vincent, penanganan patah tulang tidak selalu harus dengan operasi. Pada kasus patah tulang sederhana, dapat dilakukan pemasangan gips, bidai khusus, mitella, ransel perban, maupun pembersihan dan penjahitan luka di IGD sesuai kebutuhan berdasarkan tingkat keparahan patah tulang.’’
Pada kasus berat, seperti misalnya kondisi luka kotor atau luka luas, patah tulang remuk, patah tulang yang cenderung akan bergeser, patah tulang disertai cedera pembuluh darah atau saraf, barulah dipertimbangkan untuk tindakan operasi. Pemasangan pen maupun fiksasi eksterna dilakukan bila diperkirakan manfaat yang diperoleh lebih besar daripada risikonya,’’ tambahnya.
Selain itu pemberian obat-obatan seperti antitetanus, antibiotik, dan obat pereda nyeri juga diberikan tergantung indikasi pada masing-masing kasus.
0 Response to "Penanganan Tepat Patah Tulang"
Posting Komentar