Pipi si kecil yang tembam dan perutn
ya yang bulat memang menggemaskan. Tapi sehatkan ia ? Jangan sampai si
kecil mala hmenja di obesitas, karenapan dangan gemuk itu sehat tidak
selalu benar.
Orangtua mana yang tidak bangga memiliki anak yang menggemaskan, dengan pipi bulat seperti tomat dan tubuh yang montok. Apalagi, karena dalam masa pertumbuhan, si anak diberikan asupan nutrisi sebanyakbanyaknya agar tumbuh sehat. Tidak sedikit juga orangtua yang menganggap anak gemuk berarti sehat.
Para orangtua sebaiknya jangan beranggapan bahwa anak gemuk itu sudah pasti sehat, lantas menjadi terobsesi untuk memiliki anak yang gemuk. Tahukah Anda bahwa setiap anak memiliki risiko obesitas? Anak yang sejak bayinya sudah gemuk berisiko mengalami obesitas kelak cukup tinggi. Apabila kedua orangtuanya bertubuh gemuk, si anak memiliki kemungkinan 80% menjadi gemuk. Sementara itu apabila hanya salah satu dari orangtuanya yang gemuk, anak tetap memiliki 40% kemungkinan gemuk. Akan tetapi jangan mengira bila kedua orangtua tidak gemuk maka anak pasti akan memiliki berat badan
ideal. Hal tersebut terjadi karena adanya faktor-faktor lain di luar genetik yang menjadi penyebab obesitas pada anak.
ideal. Hal tersebut terjadi karena adanya faktor-faktor lain di luar genetik yang menjadi penyebab obesitas pada anak.
Faktor utama terjadinya obesitas pada anak memang adalah faktor genetik. Sedangkan faktor di luar faktor genetik yang dapat menyebabkannya antara lain adalah metabolisme tubuh yang rendah, kurangnya aktivitas fisik, hingga pola makan yang tidak seimbang. Jadi, coba sekarang ingat-ingat kembali, apakah pola makan si kecil sudah benar, apakah aktivitas fisiknya cukup, dan apakah berat badannya ideal ?
Ciri anak obesitas
Menurut dr. Pingkan Palilingan, SpA, obesitas pada anak bisa terjadi di usia berapapun. Bahkan bisa dimulai sejak dalam kandungan. “Obesitas pada anak sebenarnya merupakan suatu masalah gizi yang ditandai dengan kegemukan,” jelasnya. Masing-masing anak memiliki berat badan yang ideal sesuai dengan tinggi badan dan usia anak tersebut.
Menurut dr. Pingkan Palilingan, SpA, obesitas pada anak bisa terjadi di usia berapapun. Bahkan bisa dimulai sejak dalam kandungan. “Obesitas pada anak sebenarnya merupakan suatu masalah gizi yang ditandai dengan kegemukan,” jelasnya. Masing-masing anak memiliki berat badan yang ideal sesuai dengan tinggi badan dan usia anak tersebut.
Bagaimana cara mengetahui bahwa anak kita mengalami obesitas atau masih dalam kondisi berat badan normal? Cara yang paling mudah adalah dengan melihat ciri fisiknya. Anak obesitas mempunyai ciri-ciri
fisik seperti; memiliki pipi yang tembam, dagu berlipat, leher yang pendek, perut buncit, tinggi tidak sesuai dengan usia dan biasanya pada anak laki-laki kerap terjadi pembesaran payudara (Gynecomastia). Pada anak perempuan yang mengalami obesitas dapat terjadi haid pertama yang timbul lebih cepat atau dikenal dengan istilah early menarch. Sedangkan anak lakilaki mempunyai kecenderungan memiliki alat kelamin yang kecil, sehingga tidak sedikit orangtua membawa anak laki-lakinya ke dokter anak dan mengeluhkan hal tersebut. Dalam hal ini, alat kelamin terlihat kecil karena jaringan lemak di daerah tersebut menebal, sehingga penisnya terbenam (burried penis).
fisik seperti; memiliki pipi yang tembam, dagu berlipat, leher yang pendek, perut buncit, tinggi tidak sesuai dengan usia dan biasanya pada anak laki-laki kerap terjadi pembesaran payudara (Gynecomastia). Pada anak perempuan yang mengalami obesitas dapat terjadi haid pertama yang timbul lebih cepat atau dikenal dengan istilah early menarch. Sedangkan anak lakilaki mempunyai kecenderungan memiliki alat kelamin yang kecil, sehingga tidak sedikit orangtua membawa anak laki-lakinya ke dokter anak dan mengeluhkan hal tersebut. Dalam hal ini, alat kelamin terlihat kecil karena jaringan lemak di daerah tersebut menebal, sehingga penisnya terbenam (burried penis).
Untuk memastikannya lagi, kata dr. Pingkan, kita ukur tinggi dan berat badannya. Cara mengukurnya,berat badan sekarang dibagi dengan berat badan yang ideal sesuai dengan tinggi badan anak tersebut. Bila angka tersebut lebih dari atau sama dengan 120%,maka sudah masuk kategori obesitas. Cara lain untukmemastikan apakah sang buah hati obesitas atau tidak yaitu dengan melakukan penghitungan Index Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI). Bila BMI lebih atau sama dengan 95% sudah dikatakan obesitas. Orangtua kerap mengalami kesulitan untuk melakukan penghitungan tersebut, maka sebaiknya langsung datang ke dokter anak untuk mengetahui secara pasti apakah anak Anda mengalami obesitas atau tidak.
Namun, bagi Anda yang masih memberikan ASI pada bayi, jangan terlalu khawatir akan terjadinya obesitas pada anak kelak. Karena menurut dr. Pingkan, pemberian ASI yang baik sesuai dengan kebutuhan si kecil (on demand). “Yang dikhawatirkan adalah kegemukan karena minum susu formula, itu yang tidak boleh,” begitu katanya.
Risiko Obesitas
Banyak sekali risiko gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada anak atau remaja yang mengalami obesitas. Anak dengan obesitas dapat mengalami masalah dengan sistem jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) yaitu hipertensi dan dislipidemia (kelainan pada kolesterol).
Banyak sekali risiko gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada anak atau remaja yang mengalami obesitas. Anak dengan obesitas dapat mengalami masalah dengan sistem jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) yaitu hipertensi dan dislipidemia (kelainan pada kolesterol).
Si anak bisa juga mengalami gangguan fungsi hati dimana terjadi peningkatan SGOT dan SGPT serta hati yang membesar. Bisa juga terbentuk batu empedu dan penyakit kencing manis (diabetes mellitus). Pada sistem pernapasan dapat terjadi gangguan fungsi paru, mengorok saat tidur, dan sering mengalami tersumbatnya jalan nafas (obstructive sleep apnea). Hal tersebut akan membuat si anak kurang konsentrasi dalam menangkap pelajarannya karena mengantuk dan nantinya dikhawatirkan bisa mempengaruhi prestasinya di sekolah.
Obesitas juga bisa mempengaruhi kesehatan kulit dimana dapat terjadi striae atau garis-garis putih terutama di daerah perut (white/purple stripes). Selain itu, gangguan psikologis juga dapat terjadi pada anak dengan obesitas. Badan yang terlalu gemuk sering membuat si anak sering diejek oleh teman-temannya. Sehingga memiliki dampak yang kurang baik pada perkembangan psikologis anak.
Mengatasi Obesitas
Obesitas dapat dicegah. Anak harus memiliki pola makan sehat, khususnya untuk anak-anak yang memiliki risiko obesitas. Jangan memberi anak makanan yang tinggi kalori, makanan berlemak harus dibatasi, begitu juga dengan makanan yang manis. Sementara itu makanan yang mengandung serat harus ditingkatkan. Pada anak dengan obesitas asupan kalori harus dikurangi 200-500 kilokalori per hari dari biasanya. Komposisi diet yang baik yaitu 50% karbohidrat, 30% lemak, dan 20% protein.
Obesitas dapat dicegah. Anak harus memiliki pola makan sehat, khususnya untuk anak-anak yang memiliki risiko obesitas. Jangan memberi anak makanan yang tinggi kalori, makanan berlemak harus dibatasi, begitu juga dengan makanan yang manis. Sementara itu makanan yang mengandung serat harus ditingkatkan. Pada anak dengan obesitas asupan kalori harus dikurangi 200-500 kilokalori per hari dari biasanya. Komposisi diet yang baik yaitu 50% karbohidrat, 30% lemak, dan 20% protein.
“Jangan terlalu sering makan junk food, karena kandungan lemaknya tinggi,” tegas dr. Pingkan. Kalau anak sudah berusia 2 tahun lebih dan sudah terlihat memiliki risiko gemuk, mereka sudah boleh diberi susu skim. Satu hal yang penting, jangan biasakan juga memberi iming-iming atau hadiah berupa makanan, karena akan membentuk pola pikir anak bahwa makanan adalah hal yang harus diidam-idamkan. Hal penting lainnya yaitu orangtua juga harus mengajak anak melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga bersama setiap akhir pekan.
Pada anak dengan obesitas, pemberian obat-obatan sampai saat ini belum dianjurkan. Tetapi untuk kasus yang jarang sekitar 5% kelainan medis kasus obesitas bisa dilakukan operasi untuk mengurangi penyerapan kalori dan nutrisi yang dikenal dengan operasi jejunoileal by pass. Jadi mulai sekarang,ubahlah pola pikir Anda yang berorientasi pada gemuk itu sehat. Lebih baik memiliki berat badan ideal daripada gemuk menggemaskan tetapi ternyata merupakan sumber penyakit bagi anak kita tercinta. Mengingat penanganan anak dengan obesitas tidaklah mudah, maka sebaiknya lakukanlah langkah antisipasi supaya tidak terjadi obesitas pada anak Anda!
0 Response to " Ciri Anak Obesitas"
Posting Komentar